Pagi yang Tenang Sebelum Berpetualang,
Hari ini, Jumat, 20 Juni 2025, pagi kali ini dimulai cukup santai karena, saya sempat menikmati semangkuk lontong sayur hehe —lumayan buat bekal tenaga. Setelah sarapan, saya langsung menuju kantor Excellent untuk mengambil berkas yang akan dibawa. Saya masukkan semuanya ke dalam tas dan sambil menunggu konfirmasi dari tim PT. Reska Multi Usaha.
Sambil menunggu balasan dari Bu Merin, saya mencari tahu alamat kantornya ternyata berada di sekitar Stasiun Mangga Besar, sekaligus memastikan rute yang harus saya tempuh. Saya juga cek jadwal kereta menuju Stasiun Manggarai, dan sekalian lihat peron keberangkatannya menggunakan aplikasi Moovit—jujur saja ya, saya cukup bingung soal peron karena takut salah naik kereta, wkwk.
Di pagi itu, saya juga sempat di tanya sama Bu Fitra dan Pak Arif, memastikan kembali apa saya aman dan siap. Semua bertanya, “Tau kan jalurnya? Bisa kan?” Saya pun dengan percaya diri menjawab, “Bisa, aman!” (walaupun dalam hati masih deg-degan). Pak Arif bahkan sempat memberi arahan lengkap: nanti dari stasiun ke kantor BAKTI perlu naik Gojek, lalu nanti di dalam gedungnya ada lift dan nanti jangan salah lift biasanya dia ada batasan lift nya bisa disesuaikan dan biasanya di akses nya pakai kartu. Saya sempat bingung juga, “Kartunya ini pakai apa? KTP? ID Card kantor?” Tapi semua kebingungan itu saya simpan di kepala — meski agak pusing juga sih, wkwk. Maklum, saya sangat jarang jalan sendiri ke tempat yang belum pernah saya kunjungi.
Dari kantor PT. Excellent, saya dibekali ops serta e-money. Tepat pukul 08.00 WIB, saya berangkat menuju Stasiun Bekasi. Untungnya di stasiun sudah cukup familiar, saya tinggal tap e-money dan langsung menuju peron 5 untuk naik kereta ke Manggarai. Sudah saya duga, keretanya ramai, dan benar saja—saya berdiri kurang lebih selama 20 menit.
Posisi saya berdiri di pojok samping pintu, nyender dikit—lumayan lah ya, anak Gen Z juga butuh sandaran, wkwk. Nah, gini kurang lebih gambaran posisinya itu dan saya buat gambar ini terinspirasi dari gambar yang pernah saya lihat di blog-nya Om Ahmad.

Setelah sampai di Manggarai, saya harus transit ke peron tujuan Mangga Besar. Ini bagian penting di mana saya menerapkan prinsip “Malu bertanya, sesat di jalan.” Setiap saya bingung, saya langsung tanya petugas. “Pak, kalau mau ke Mangga Besar, peronnya yang mana ya?” “Tunggu aja Kak, sebentar lagi,” jawabnya.
Akhirnya saya sampai juga di Stasiun Mangga Besar. Dengan percaya diri (meskipun hati deg-degan), saya keluar stasiun dan langsung tanya ke satpam, “Pak, mau tanya, kalau mau ke PT. Reska Multi Usaha di mana ya?” Satpamnya ramah, bahkan langsung menawarkan untuk mengantar saya ke lobby. Wah, terima kasih Pak!
Saya menunggu sekitar 10 menit sampai Bu Merin datang menemui saya. Setelah saya serahkan dokumennya, beliau langsung pamit karena sedang cukup sibuk. Saya pun ikut keluar. Di luar, saya kembali tanya ke satpam lain, “Kalau mau ke Jakarta Kota peron berapa ya, Mas?” “Peron 9–10 ya, Kak. Di dalam banyak yang interview ya, Kak?,” tanyanya. Saya cuma senyum, “Oh saya kurang tahu, Mas. Cuma antar berkas aja,” dalam hati apa jangan-jangan saya dikira peserta yang mau interview ya wkwk.
Saya naik kereta ke Stasiun Jakarta Kota, Alhamdulillah keretanya tidak terlalu padat jadi saya bisa duduk dan lebih santai. Tapi ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 10.40 WIB. Jalanan Jakarta? Jangan ditanya—PANAS BANGET!
Saya naik Gojek menuju BAKTI Kominfo. Baru jalan 5 km, sudah kena macet. Kata driver-nya, “Biasanya kalau macet gini ada polisi, Kak.” Tapi ternyata… bukan polisi. Memang padet jalanannya wkwk. Sepanjang jalan saya menikmati pemandangan gedung tinggi dan pohon-pohon hijau, lumayan mengalihkan rasa panas. Rasanya bahagia, semangat, dan bangga. Ini pengalaman yang nggak akan saya dapetin kalau kerja jadi perawat—karena nggak mungkin bisa keluar jalan-jalan jam segini hehe.
Akhirnya saya sampai di kantor BAKTI. Awalnya agak grogi sih—lihat orang-orang dengan penampilan super rapi khas karyawan kantoran. Tapi saya coba berani dan cuek aja, langsung masuk dan tanya ke satpam. Di pintu masuk, saya harus melewati pemeriksaan tas seperti di bandara. Aman.
Tapi… drama dimulai lagi soal tap kartu! Saya langsung tanya ke satpam, “Mas, kartunya pakai apa ya?” Beliau menjelaskan kalau saya perlu daftar dulu di resepsionis. Oke, saya tunjukkan KTP dan saya pun dapat kartu akses.
Pas saya tap? saya tidak lihat kalau lampunya belum hijau udah saya dorong pintunya—ALARMNYA BUNYI wkwkwk. Malu banget, tapi akhirnya dibantu sama yang berjaga di situ.
Saya masuk ke lift dan menuju lantai 42, sesuai info dari Bu Fadhilah—dokumen sudah dititipkan di resepsionis. Sampai sana, saya langsung menuju resepsionis dan… berkasnya berhasil saya ambil! Lega banget! Misi hari ini berhasil!
Saat saya duduk di lobby lantai 42, membuka laptop karena HP saya lowbat, lalu memberi kabar ke Bu Fitra bahwa saya sedang perjalanan kembali ke kantor, saya diam sejenak. Saya melihat sekeliling—dinding kaca tinggi, langit Jakarta, dan orang-orang sibuk lalu lalang dengan setelan rapih dan wajah-wajah profesional. Lalu saya tersadar, lantai 42 ini bukan sekadar angka di tombol lift, bukan cuma lokasi kantor BAKTI, tapi seperti simbol dari satu tantangan besar yang hari ini berhasil saya lewati.
Saat hendak keluar dari gedung, ternyata saya sempat salah lewat pintu keluar wkwk. Ternyata di sana sistem keluar-masuknya teratur banget, gak sama seperti saat tap kartu di stasiun. Saya jalan aja seperti biasa, eh langsung dikasih tahu sama Mas – Mas yang sepertinya memang kerja di sana, “Kak, kalau keluar lewatnya ke sebelah sini Kak.” aku jawab “Oh iya Mas, terima kasih!”
Nah, karena mas-nya masih di sebelah saya, saya tap kartu barengan… dan ternyata gak bisa dong 😅. Mas-nya langsung bilang sambil senyum-senyum “Kakak visitor ya? Kalau visitor, kartunya dimasukkin aja.”
Sambil liat dan cari dimana letaknya dalam hati saya, “Lala malu ih, wkwk 😭.”
Setelah berhasil keluar, saya lihat ternyata memang sudah disediakan tempat khusus untuk drop kartu visitor, jadi nggak perlu repot balik lagi ke resepsionis.
Ya ampun… niatnya sih mau terlihat petantang petenteng haha, tapi tetap aja kelihatan banget anak barunya.
Saya memang hanya menjalankan tugas sederhana—mengantar dan mengambil dokumen. Tapi langkah kecil ini bukan sekadar pekerjaan biasa. Ini langkah pertama saya belajar mandiri, belajar percaya diri, dan melawan rasa takut untuk keluar dari zona nyaman.
Jakarta siang itu panas, macet, penuh hiruk pikuk—tapi saya tetap berjalan. Saya bertanya ke orang, saya salah tap kartu, sempat malu, sempat bingung. Tapi saya tetap melangkah. Dan langkah itu akhirnya membawa saya sampai di lantai 42.
Dulu saya pikir tugas keluar kantor itu biasa. Tapi hari ini saya tahu, untuk orang yang baru belajar, tugas sekecil apa pun bisa jadi pengalaman besar. Mungkin nanti saya akan ke lantai-lantai yang lebih tinggi lagi, mungkin tantangannya akan lebih rumit. Tapi hari ini, saya akan selalu ingat, bahwa saya pernah berdiri di lantai 42, dan merasa bangga.
Pukul 11.00 WIB saya keluar dan lagi-lagi… PANAS SEKALI. Akhirnya saya sampai di Stasiun Jakarta Kota dan langsung mencari kopi. Eh ternyata di dekat Roti’O ada juga minumannya! Saya langsung beli buat ganjel perut. Rasanya seger banget minum dingin setelah keliling panas-panasan wkwk. Sambil menunggu kereta ke Bekasi, saya duduk santai dan menikmati kopi itu dengan perasaan lega, senang, dan penuh syukur.

